Senin, 22 Mei 2017

Belajar Moral Dari Negara Penghasil Video Porno

Negara Manakah?

Kamu semua pasti tahu bahwa Jepang adalah salah satu negara yang melegalkan konten pornografi, namun walaupun begitu mereka punya aturan yang sangat ketat soal hal "esek-esek" ini. Undang -undang di negara ini mewajibkan Industri porno untuk mensensor alat kelamin sampai menjadi kumpulan pixel, jika kamu mengira hanya video dan gambar majalah porno yang di sensor kamu salah.
Megumi Igarashi dengan perahunya yang memantik masalah

Jepang mempunyai aturan yang sangat ketat soal "alat kelamin" ini, semua gambar visual yang merujuk pada alat kelamin wajib disensor sekalipun itu hanya ilustrasi. Pada 2014 lalu BBC Indonesia memberitakan seorang seniman di Jepang di dakwa 2 tahun penjara dan denda maksimal 2,5 Juta Yen atau sekitar 200 juta rupiah karena karyanya yang dianggap cabul. Megumi Igarashi (42) harus mendekap di tahan setelah karyanya dianggap cabul. Igarashi menggalang dana untuk membuat perahu berbentuk Vagina.

Gambar di berbagai media Jepang
Ini sebenarnya bukan kasus pertama Igarashi, sebelumnya ia juga pernah harus berusrusan dengan hukum karena membagikan cetakan 3D bentuk Vagina dirinya yang dikreasikan menjadi berbagai bentuk unik. Menurutnya kenapa ia membuat berbagai karya seni berbentuk Vagina (yang dia sebut "dekoman", yang berasal dari kata "decoration" dan manko (vagina)) karena orang Jepang jarang menggunakan kata "Vagina" mereka lebih suka menyebutnya asoko yang artinya "di bawah sana".


Mengapa di negeri yang melegalkan industri film porno justru mengharamkan 'Penampakan' perkakas pria dan wanita, bahkan dalam wujud benda mati macam perahu sebagai penggambaran semata?

FYI, di Jepang dalam sebulan terbit 4000-an Judul baru film esek-esek. Dari sekian ribu judul baru, terdapat sekitar 6000 bintang film wanita, dan hanya 70-an pemeran pria. Besarnya minat menjadi bintang porno merebak di kalangan siswi SMA dan Mahasiswi.

Salah satu sudut toko DVD dewasa di Jepang

Para remaja tersebut menerjuni bidang ini untuk memburu penghasilan lantaran uang saku yang diberikan orang tua jauh dari cukup. dampak dari perekonomian Jepang yang belum stabil. Kerja sambilan sudah menjadi budaya di Jepang saat memasuki usia remaja baik itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau hanya sekedar mencari uang jajan lebih, ironisnya banyak remaja wanita yang memilih kerja sambilan sebagai aktris JAV (Japanese Adult Video). mereka memilih kerja sambilan menjadi aktris JAV karena penghasilan dalam sebulan bisa mencapai 250 ribu yen atau setara dengan 27,5 Juta Rupiah.

Dengan kondisi seperti itu seharusnya masyarakat Jepang jadi rawan akan perkosaan (begitu lah jika perilaku di Jepang di compare dengan perilaku di Indonesia) namun nyatanya alih alih angka kejahatan seksual meningkat justru angka kejahatan seksual di Jepang sangat rendah.

Norma yang digenggam erat-erat oleh masyarakat Jepang serta adanya cap "memerkosa adalah perbuatan gila", menjadikan Jepang tetap keramat.

Hanya Ilustrasi
Undang-undang di negara ini dalam pengaturan hukum terhadap kejahatan seksual juga cukup keras. Film porno memang legal, tetapi batasan-batasan mengenai visualisasi alat kelamin juga sangat ketat. Itu sebabnya tak ada film dewasa di Jepang yang luput menyensor bagian-bagian vital. Bila kita menemukan film porno Jepang tanpa sensor, maka bisa dipastikan film-film itu dikuasai yakuza.

Bagaimana dengan Indonesia?

Masih jauh rasanya jika membandingkan Indonesia dengan Jepang dalam industrialisasi pornografi, mengingat Indonesia mempunyai UU Pornografi dan Pornoaksi lagi pula sebuah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, mau jadi apa? jika ikut ke dalam industrialisasi pornografi. Namun tetap ada hikmah yang bisa diambil dari budaya Jepang diatas, 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar